Data Ini Perlu Diubah dan Ini Alasannya

Pernakah kamu melihat komentar-komentar di Internet tentang Netizen yang mengkritisi tingkat literasi Indonesia yang sangat rendah dan hanya satu peringkat diatas Botswana? Ya, kita ada diperingkat ke-60 dalam negara dengan literasi tertinggi dari 61 negara menurut John W. Miller, presiden dari Universitas Negara Connecticut di New Britain pada tahun 2016 dan keadaan ini sangat miris sekali untuk dilihat karena kita juga berada dibawah negara tetangga-tetangga kita seperti Malaysia, Thailand atau Singapura.

Namun, hari ini, saya tidak akan komplain tentang ranking yang Indonesia peroleh dalam data tersebut. Melainkan saya melihat data tersebut juga bisa dijadikan pijakan untuk memperbaiki masalah literasi yang rendah di Indonesia dan keadaan ini juga bisa diinterpretasikan sebagai salah satu rintangan yang harus dihadapi oleh orang-orang Indonesia supaya mereka bisa menjadi negara maju.

Namun, meskipun itu, saya ingin mengkritik tentang data yang dibuat oleh Universitas Negara Connecticut tersebut dan peringkat Indonesia dalam data tersebut adalah masalah yang sangat kecil dibandingkan masalah utama yang saya miliki dengan data yang dikeluarkan tersebut.

Masalah utama data yang dikeluarkan tersebut adalah data yang dikeluarkan agak ketinggalan zaman dan membutuhkan suatu "Update" yang besar. Karena data tersebut dibuat pada tahun 2016, saya masih izinkan. Namun 3 tahun sudah berlalu dan meneliti 61 negara sebenarnya masih terasa belum cukup karena sebagian orang akan menjadikan data tersebut sebagai pijakan untuk memperbaiki masalah literasi yang ada di Dunia ke-3.

Dalam data tersebut, saya terkejut negara-negara seperti India, Arab Saudi, Mesir, Rwanda atau Filipina tidak disebutkan dalam data tersebut meskipun sebagian dari negara tersebut cukup terkenal terutama kasus-kasus seperti India, Arab Saudi ataupun Filipina meskipun data ini saya anggap penting untuk digunakan sebagai pijakan dan menurut Miller sendiri, data tersebut juga digunakan untuk masa depan global nanti.

Pernyataan Miller tentang "Data tersebut digunakan untuk masa depan global nanti" sangat penting karena ada sebagian negara yang tidak masuk dalam data tersebut sudah memiliki akses internet dengan baik. India merupakan salah satu contoh negara tersebut karena sejak tahun 2016, tingkat pengguna Internet sangat meningkat drastis karena perusahaan bernama "Jio" yang memberikan akses internet gratis kepada penduduk-penduduk India terutama penduduk yang miskin.

Bukti kuat dari penggunaan Internet di India adalah perang antara seorang user Youtube, Pewdiepie, dengan salah satu channel Youtube perusahaan India, T-Series, yang menjadi viral pada sekitar tahun 2018 dimana sang raja Youtube, Pewdiepie, berusaha untuk mempertahankan takhta Youtubers dari T-Series tersebut. Tidak hanya itu saja, komentar orang India tentang "Bobs and Vegana" yang ada di sosial media seperti Facebook yang sempat jadi meme pada sekitar tahun 2017 membuktikan sudah banyak orang dari India yang telah menggunakan Internet.

Tidak hanya India saja, saya terkejut negara seperti Filipina tidak masuk ke dalam data tersebut meski banyak orang di negara tersebut juga menggunakan sosial media seperti Facebook, Twitter atau Discord  seperti negara kita, Singapura atau Thailand dan sekitar 4 jutaan penduduk Amerika adalah keturunan dari negara Filipina.

Saya juga agak terkejut ketika melihat negara seperti Uni Emirat Arab atau Rwanda tidak masuk kedalam penelitian data tersebut meskipun mereka ingin menjadi negara yang maju terutama untuk Rwanda. Alasan saya ingin melihat Rwanda dalam data tersebut karena negara tersebut adalah negara yang ingin menjadi salah satu negara yang paling maju di Afrika dan presiden Rwanda, Paul Kagame, juga menyatakan bahwa dia ingin membuat Rwanda seperti Singapura di Afrika terutama meningkatkan sektor-sektor tertentu seperti kesehatan, ekonomi atau edukasi. Meskipun Rwanda termasuk negara yang otoriter, usaha untuk membuat negara tersebut maju masih ada disana.

Tidak hanya itu saja, negara-negara Afrika lain seperti Gabon tidak masuk ke dalam data tersebut meskipun Libreville dikatakn sebagai salah satu kota Afrika yang memiliki literasi tinggi. Negara Arab seperti Arab Saudi tidak masuk ke dalam data tersebut meski mereka cukup terkenal terutama Arab Saudi yang menjadi sekutu Amerika untuk sektor perekonomian seperti minyak.

Jadi, meskipun John W. Miller berniat baik untuk membuat data tersebut untuk meningkatkan tingkat literasi yang ada di dunia dengan meneliti 60 negara, saya berpikir data tersebut harus diupdate lagi dan memasukkan negara-negara seperti India, Filipina, Rwanda, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Gabon, dsb. supaya data tersebut bisa dijadikan pijakan dengan baik dan masih banyak negara dengan masalah literasi tidak hanya dari Indonesia saja.

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Manga: Jujutsu Kaisen

Arti Sesungguhnya Dari Overrated

Masalah Utama Guilty Crown